tahun 2008, saat suatu sekolah butuh guru matematika. pihak sekolah tak berusaha untuk mencari guru. sedangkan peserta didik sangat butuh sosok guru matematika untuk membimbingnya menuju Ujian Nasional yang merupakan momok yang menyeramkan jika tidak lulus. seluruh guru sudah berupaya mengusulkan beberapa calon guru untuk jadi guru matematika. tapi sang kepala sekolah merasa dari seluruh calon yang diajukan tak cocok atau tak tepat menjadi guru matematika dengan alasan background mereka bukan dari matematika.
suatu ketika datanglah seseorang yakni si A dengan sangat melasnya, karena menurutnya gelar sarjana sangatlah membebaninya. apalagi pandangan masyarakat serta harga diri keluarga jika lulus sarjana menganggur.
berbekal ijasah sarjana jurusan pendidikan Agama Islam. iapun memberanikan diri untuk kembali ke sekolah yang selama ini telah membimbing dia sampai tamat Aliyah. iapun memberanikan diri bicara langsung ke kepala sekolah bermaksud ingin mengabdi disekolah yang pernah ia duduki yakni menjadi guru. obrolan demi obrola kepala sekolah hanya mengarahkan kalau sekoah ini belum butuh tambahan guru Agama Islam, melainkan yang sangat dibutuhkan adalah guru matematika. karena renungan yang sangat kuat dari si A, ingin merubah citra diri dan keluarganya, ia langsung menyanggupi dan dirinya siap untuk menjadi guru matematika. kepala sekolah pun dengan tak enak hati akhirnya menerima si A untuk menjadi guru matematika. karena dibenak kepala sekolah untuk sementara biarlah siswa terisi oleh guru tersebut tanpa menyia-nyiakan jam kosong di kelas. mudah2an tak lama dari ini ada seorang guru matematika yang cocok datang ke sekolah ini,"harap kepala sekolah".
setelah berjalan dua bulan si A mengabdi disekolah tersebut, harapan kepala sekolah pun terkabul dengan adanya calon guru matematika yang diajukan salah satu guru disekolah tersebut. dipertimbangkan dan melihat berkas calon guru baru tersebut, sangat sesuai dengan keinginan kepsek yaitu guru matematika dari sarjana matematika pula.
esok hari guru baru sebutlah si manis datang atas permintaan kepala sekolah. si manis disambut hangat di sekolah dan langsung diperkenalkan ke kelas kepada siswa-siswanya. karena pengalam mengajar sudah 4 tahun guru matematika yang manis itu pun sudah langsung berinteraksi dengan siswa dan para guru dengan baik. dengan kata lain siap tugas dan siap bergabung dalam organisasi baru.
jadwal pembagian tugas mengajar matematika pun dibagi 2. karena kelas XII sudah dipegang dulu oleh si A, akhirnya si manis menerima tugas untuk mengajar di kelas x dan XI. berjalan 2 tahun.
tahun 2009 para guru sibuk mendaftarkan diri untuk ikutan data tunggu menjadi guru profesioanl atau sertifikasi guru lewat Kementerian Agama. si manis pun turut andil kebawa untuk terdaftar menjadi calon sertifikasi guru. pertengahan tahun 2009 dari sekolah tersebut yang terpanggil untuk ikutan Masa Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (MPLPG) sebanyaj 5 guru Aliyah. mereka terpanggil sesuai dengan bidang mereka mengajar. alhamdulillah setelah melewati MPLPG mereka semua dinyatakan lulus dengan mendapat sertifikat guru profesional. wah luar biasa.
tahun berikutnya tahun 2010, akhirnya muncullah daftar calon sertifikasi yang belum terpanggil untuk mengumpulkan portofolio termasuk guru si manis. si manis dan si A sibuk mengumpulkan berkas-berkas sebagai syarat untuk penilaian portofolio. selang tiga bulan setelah potofolio akhirnya si manis dan si A dapat giliran untuk ikut bersama-sama mengikuti MPLPG. karena keduanya bidang matematika, mereka dikirim ditempat yang sama di depok.
kegiatan MPLPG berlangsung, apa yang terjadi....si A selalu jadi pemicu naik emosi instruktur yang menggap dia tak layak untuk menjadi guru matematika. dengan alasan bicaranya tidak nyambung, membaca simbol2 matematikapun tidak paham, bagaimana dia selama ini ngajar di keala???? dengan hal itu si manis merasa prihatin atas dirinya dan sekolah.... siapa yang bertanggungjawab?. jikalaupun si A lulus dan medapat sertifikat menyandang guru profesional...bagaimana pertanggungjawabannya terhadap sandang tersebut???? Lulus sudah pasti semuanya bersyukur.
dari kisah tersebut akhirnya banyak tanggapan dari beberapa orang yang satu mplpg antara lain:
- kepala sekolahnya tidak tegas atu tidak kompeten dalam menentukan guru untuk mengajar di sekolahnya.
- guru tidak sadar diri dalam menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan pribadinya
- teman satu bidang mengajar di sekolah tersebut mungkin tak mau sharing tentang pelajaran matematika
- si A kurang interaksi dengan sesama guru khususnya dengan si manis
- si A terlalu acuh dengan lingkungan sekolahnya.
- kurang selektifnya kementerian agama dalam menyeleksi calon sertikasi guru dalam jabatan
bagi seseorang atau siapapun yang membaca sepenggal artikel ini bagaimana tanggapannya????? tks.
/
baca selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar